Saturday, February 18, 2006

Kisah Sepotong Kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk mengisi waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat duduk.

Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang ada di antara mereka.

Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.

Wanita itupun sempat berpikir: ”Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!”. Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue yang tersisa, ia bertanya-bertanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.

Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separuh miliknya sementara ia makan yang separuhnya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berfikir: ”Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela nafas lega saat pengumuman penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang.

Menolak untuk menoleh pada si ”Pencuri tak tahu terima kasih”. Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu ia mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget.

Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya!!!

Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki ikut dan ia mencoba berbagi.

Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tidak tahu terima kasih.

Dan dialah pencuri kue itu!

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah

Orang lainlah yang patut disingkirkan

Orang lainlah yang tak tahu diri

Orang lainlah yang berdosa

Orang lainlah yang selalu bikin masalah

Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran

Padahal

Kita sendiri yang mencuri kue tadi

Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih

Kita sering mempegaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain. Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

taken from:.......(file presentasi yang gak tahu siapa yang bikin)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home